Sejarah Kesultanan Indrapura (1347-1792)

kerajaan siak sri indrapura, bukti peninggalan kesultanan indrapura, runtuhnya kerajaan inderapura, silsilah kerajaan inderapura, siapa pendiri kerajaan inderapura, inderapura sumatera barat, makalah kerajaan inderapura, letak kerajaan inderapura

Sejarah Kesultanan Indrapura (1347-1792)
Puing-puing bekas Istana Kesultanan Indrapura (Wikipedia)

Kesultanan Inderapura merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat sekarang, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi bawahan Kerajaan Pagaruyung walau pada praktiknya kerajaan ini berdiri sendiri serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya.

Inderapura berjarak sekitar 182 km dari Padang, atau sekitar 111 km dari Painan. Inderapura berasal dari kata sanskerta, yang bermakna kota raja. Atau kota para raja. Kota tempat tinggal raja, putri dan para bangsawan.

Kerajaan Inderapura berdiri pada tahun 1347 Masehi, hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Pagaruyung oleh Adityawarman, salah seorang panglima angkatan laut majapahit, anak dari Dara Jingga, putri bangsawan kerajaan Darmasraya. 

Kerajaan Inderapura memiliki pasukan berkuda, pasukan perang darat, pasukan perang di laut, adminsitarasi pemerintahan yang baik, serta barisan istana yang megah. Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat Sumatera dari Padang hingga sungai hurai di selatan. Bebarapa kerajaan kecil bawahannya, seperti Padang, Sungai Nyalo, Airpura, dan Muko muko harus membayar upeti tahunan sebagai tanda sebagai daerah bawahan kerajaan.

Kerajaan Inderapura memiliki perdana menteri dan menteri menteri. Sistem pemerintahan kerajaan Inderapura bersifat kabinet parlementer, sebagai pimpinan tertinggi adalah sultan atau raja. Dan keseharian pemerintahan dilaksanakan oleh mangkubumi atau perdana menteri, dan dibantu oleh menteri nan 20 (rangkayo nan 20) dan para penghulu, yakni 6 di hulu, 6 di tengah, dan 6 di hilir. Pada masa itu, telah ada ahli tata negara, ahli pertanian, ahli pertambangan (emas), ahli pembuat kapal, ahli astronomi, ahli militer, dan ahli perniagaan di Kerajaan Inderapura.

Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat Sumatra mulai dari Padang di utara sampai Sungai Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura adalah lada dan emas.

Pengaruh kekuasaan Kerajaan Inderapura sampai ke Banten di Pulau Jawa. Berdasarkan Sajarah Banten, Kesultanan Banten telah melakukan kontak dagang dengan Kerajaan Inderapura yang ditandai dengan pemberian keris dari Sultan Munawar Syah kepada Sultan Hasanuddin. Menurut Hamka, Sultan Munawar Syah menikahkan putrinya dengan Hasanuddin dan menghadiahkan Silebar (daerah penghasil lada di Bengkulu) kepada Kesultanan Banten.

Secara etimologi, Inderapura berasal dari bahasa Sanskerta, dan dapat bermakna Kota Raja. Inderapura pada awalnya adalah kawasan rantau dari Minangkabau, merupakan kawasan pesisir di pantai barat Pulau Sumatra. Sebagai kawasan rantau, Inderapura dipimpin oleh wakil yang ditunjuk dari Pagaruyung dan bergelar Raja kemudian juga bergelar Sultan. Raja Inderapura diidentifikasikan sebagai putra Raja Alam atau Yang Dipertuan Pagaruyung.

Pada akhir abad ke-17, pusat wilayah Inderapura mencakup lembah sungai Airhaji dan Batang Inderapura, terdiri atas dua puluh koto. Masing-masing koto diperintah oleh seorang menteri, yang berfungsi seperti penghulu di wilayah Minangkabau lainnya. Sementara pada daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai Negeri Empat Belas Koto), dan Muko-muko (Lima Koto), sistem pemerintahannya tidak jauh berbeda.

Untuk kawasan utara, disebut dengan Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) yang dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari 10 daerah atau nagari (negeri), yang juga masing-masing dipimpin oleh 10 orang penghulu.

Pada kawasan bagian selatan, di mana sistem pemerintahan yang terdiri dari desa-desa berada di bawah wewenang peroatin (kepala yang bertanggung jawab menyelesaikan sengketa di muara sungai). Peroatin ini pada awalnya berjumlah 59 orang (peroatin nan kurang satu enam puluh). Para menteri dan peroatin ini tunduk pada kekuasaan raja atau sultan.


Sumber:

  • http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
  • http://berita.pesisirselatankab.go.id
  • https://id.wikipedia.org