Sejarah Kesultanan Bacan di Maluku

kapan raja bacan masuk islam, peninggalan kesultanan bacan, masa kejayaan kerajaan bacan, apakah gelarnya raja bacan, kesultanan bacan pdf, sultan bacan meninggal, nama sultan bacan, penyebab runtuhnya kerajaan bacan, letak kerajaan bacan, gelar raja bacan, kesultanan bacan pdf

Sejarah Kesultanan Bacan di Maluku
 Masjid Sultan Bacan, Masjid peninggalan Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan adalah kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Kesultanan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Bacan kental dengan tradisi dan nilai-nilai keislaman. Sultan Bacan yang pertama adalah Sultan Muhammad Bakir yang berkuasa pada tahun 1235 hingga 1265. Raja Bacan yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Sultan Zainal Abidin pada 1521. Kesultanan Bacan merupakan salah satu dari empat kerajaan Maluku (Maloko Kië Raha) bersama dengan Ternate, Tidore, dan Jailolo. Kesultanan Bacan muncul seiring dengan perluasan perdagangan rempah-rempah di akhir abad pertengahan, wilayah kekuasaannya mencapai daerah Papua Barat. Kesultanan Bacan jatuh di bawah pengaruh kolonial Portugal pada abad ke-16 dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) setelah 1609.


Sejarah Berdirinya Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan diperkirakan berdiri sejak abad ke-14, sementara raja Bacan yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Sultan Zainal Abidin pada 1521. Kesultanan Bacan berdiri sekitar abad ke-14 dengan pusat pemerintahan berada di Makian Timur. Namun, akibat adanya ancaman letusan gunung berapi Kie Besi, pusat pemerintahan kerajaan akhirnya dipindahkan ke Kasiruta.

Kebanyakan rakyat Bacan adalah orang Makian yang ikut dalam evakuasi bersama rajanya. Dikutip dari budayaindonesia.org, Kerajaan Bacan diperkirakan berdiri pada tahun 1322. Meski tidak diketahui bagaimana proses pembentukannya, namun diperkirtakan sama dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku, yakni bermula dari pemukiman yang kemudian membesar dan tumbuh menjadi kerajaan.

Bacan, dalam bahasa setempat memiliki arti harfiah membaca. Membaca di sini dimaknai dengan memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi pengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan kala itu.

Kesultanan Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan-bahan pangan untuk seluruh wilayah Maluku Utara.

Pada masa kejayaannya dulu, wilayah kekuasaan Kesultanan Bacan tergolong cukup luas, yaitu dari sebagian daerah di Sulawesi bagian utara, Filipina bagian selatan hingga ke wilayah Papua sebelah barat.

Tidak hanya itu, Pulau Bacan yang menjadi pusat Kesultanan Bacan memiliki kekayaan hasil alam yang diminati dunia internasional pada waktu itu berupa rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala.

Dikutip dari kompas.com, dalam hikayat Bacan dijelaskan bahwa raja yang pertama berkuasa adalah Said Muhammad Bakir atau Said Husin, yang setelah 10 tahun memerintah digantikan oleh Muhammad Hasan. Selanjutnya, takhta kerajaan diberikan kepada putranya, yakni Kolano Sida Hasan.

Di masa pemerintahannya, Raja Ternate yang bernama Tulu Malamo (1343-1347) merebut Makian beserta beberapa desa di sekitar Pulau Bacan. Dengan bantuan Tidore, Sida Hasan merebut kembali daerah Makian. Selanjutnya, tidak diketahui nama-nama raja yang memerintah Bacan.

Nama raja Bacan pertama yang memeluk agama Islam yang bernama Zainal Abidin baru muncul pada tahun 1522.


Sistem pemerintahan

Kesultanan Bacan diperintah oleh seorang sultan, yang bertindak sebagai raja yang memegang kekuasaan tertinggi. Sistem pemerintahan kerajaan ini mirip dengan Ternate dan Tidore, tetapi di Bacan terdapat Lembaga Sekretaris Kesultanan yang mempunyai tugas membantu sultan dalam pemerintahan.

Selain itu, ada pula dewan pemerintahan atau bobato, yang dibagi menjadi bobato dalam, luar, dan akhirat. Bobato dalam terdiri dari mayor, kapitan ngofa, kapita kie, empat orang letnan (dua letnan ngofa dan dua letnan kie). Bobato luar menangani urusan pemerintahan, terdiri dari jogugu (perdana menteri/mangkubumi), hukum (hakim), dan kimalaha sapanggala. Sedangkan bobato akhirat bertugas dalam ranah keagamaan, anggotanya yaitu kalem atau kadi kesultanan.


Daftar Sultan Bacan 

  1. Said Muhammad Bakir/Said Husin (1333-1343)
  2. Muhammad Hasan (1343)
  3. Kolano Said Hasan (1343-...)
  4. Zainal Abidin (1522)
  5. Kasiruta/Bayanu Sirullah Sultan Alauddin I/Don Joao Sultan Muhammad Ali (1577)
  6. Sultan Alauddin II (1660-1706)
  7. Sultan Malikiddin/Kaisil Musa (1706-1715)
  8. Sultan Nasruddin (1715-1732)
  9. Sultan Tarafannur (1732-1741)
  10. Sultan Muhammad Sahiddin (1741-1780)
  11. Sultan Iskandar Alam (1780-1788)
  12. Sultan Muhammad Badaruddin (1788-1797)
  13. Sultan Qamarullah (1797-1826)
  14. Sultan Muhammad Hayatuddin Syah (1826-1861)
  15. Sultan Muhammad Sadik Syah (1862-1889)
  16. Kekosongan kekuasaan (1889-1900)
  17. Sultan Muhammad Usman Syah (1900-1935)
  18. Sultan Muhammad Muhsin Syah (1935-1983)
  19. Sultan Gahral Aydan Syah (1983-2009)
  20. Sultan Alhajj Abdurrahim Muhammad Gary Dino Ridwan Syah (2009-2023)

Peninggalan Kerajaan Bacan

Sejarah Kesultanan Bacan di Maluku
Istana/Kedaton Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan tidak pernah jatuh ke tangan penjajah Belanda. Dalam sejarahnya, kedua belah pihak hanya pernah memiliki hubungan dagang. Keberadaan Kesultanan Bacan dihapus setelah Indonesia merdeka pada 1945.


Kesultanan Bacan memiliki beberapa peninggalan yang masih dapat disaksikan hingga saat ini yaitu:
  1. Masjid Kesultanan Bacan - Masjid Sultan Bacan berlokasi di desa Amasing, Bacan. Masjid ini dibangun pada tahun 1901. Luasnya mencapai 29,9 x 24 meter persegi dengan tinggi bangunan 12,850 meter di atas lahan seluas 6.020 meter persegi. masjid ini dibangun dengan bantuan arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik. Bangunan masjid ini tidak jauh dari Keraton Kesultanan Bacan.
  2. Kedaton Kesultanan Bacan, keraton atau Istana kerajaan ini terletak di tengah Kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan. Istana ini dibangun pada tahun 1937 dan kini telah menjadi cagar budaya.
  3. Kota Tua Peninggalan kesultanan Bacan