Profil 7 Kerajaan Islam di Maluku

kerajaan islam di maluku utara, makalah kerajaan islam di maluku, sejarah kerajaan islam di maluku, kerajaan islam di papua, kerajaan islam di sulawesi, kerajaan islam di kalimantan, kerajaan islam di jawa, sejarah masuknya islam di maluku

Profil 7 Kerajaan Islam di Maluku

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-13. Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya dikarenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, berbaur dengan masyarakat Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan tersebut tersebar pesat di beberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.

Masuknya agama islam ke Nusantara (indonesia) pada abad 7 akhir dibawa oleh Para Al - Mujahid periode I atau Fase Pertama, telah membawa banyak perubahan dan perkembangan pada masyarakat, adat dan budaya dan pemerintahan. Perubahan dan Perkembangan tersebut terlihat jelas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bermula bercorak hindu dan menganut animisme mengadopsi agama Islam, seperti kerajaan-kerajaan di Maluku antara. Sejarah kerajaan Islam di Maluku dimulai pada abad ke-8. Beberapa kerajaan Islam di Maluku adalah:


Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik. (Baca selengkapnya ...)


Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.

Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18. (Baca selengkapnya ...)


Kesultanan Jailolo adalah salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Kepulauan Maluku. Pendirian kesultanan ini berawal dari Persekutuan Moti yang diusulkan oleh Sultan Sida Arif Malamo. Kesultanan Jailolo adalah satu-satunya kesultanan di Maluku Utara yang pusat pemerintahannya berada di Pulau Halmahera. Selain itu, wilayah Kesultanan Jailolo adalah salah satu sumber penghasil cengkih di Kepulauan Maluku. Kesultanan Jailolo telah berdiri sejak abad ke-13 Masehi. Pada abad ke-17, kesultanan ini mengalami keruntuhan. Wilayah-wilayahnya kemudian terbagi menjadi bagian dari Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate.

Kesultanan Jailolo didirikan kembali secara adat setelah era reformasi dimulai pada tahun 1998. Bersamaan dengan itu, komunitas adat Moloku Kie Raha dibentuk kembali. Selama periode 2002–2017, telah terpilih empat keturunan dari Kesultanan Jailolo sebagai pemimpin adat. Kesultanan Jailolo tidak memiliki banyak peninggalan arkeologi. Bekas Istana Kesultanan Jailolo tidak ditemukan sama sekali. Peninggalan yang tersisa hanya berupa benteng, masjid, dan makam kuno. (Baca selengkapnya ...)


Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku, Indonesia saat ini, yang muncul dengan perluasan perdagangan rempah-rempah di akhir abad pertengahan. Kesultanan ini berawal di Pulau Makian yang kemudian mengungsi ke Pulau Bacan akibat Gunung Kie Besi dan jangkauan kekuasaannya terdiri dari Kepulauan Bacan (Bacan, Kasiruta, Mandioli, dll) tetapi memiliki pengaruh berkala di Seram dan Kepulauan Raja Ampat. Kesultanan Bacan jatuh di bawah pengaruh kolonial Portugal pada abad ke-16 dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) setelah 1609. Bacan adalah salah satu dari empat kerajaan Maluku (Maloko Kië Raha) bersama dengan Ternate, Tidore dan Jailolo, tetapi cenderung dibayangi oleh Ternate. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, fungsi pemerintahan sultan secara bertahap digantikan oleh struktur administrasi modern. Namun, kesultanan telah dihidupkan kembali sebagai entitas budaya di masa sekarang. (Baca selengkapnya, ...)


5. Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)

Kerajaan Tanah Hitu adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di pesisir utara pulau Ambon, Maluku. Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara tahun 1470–1682 M, dengan raja pertama yang bergelar Upu Hatta dan didirikan oleh Empat Perdana. Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan memainkan peran yang sangat penting di Kepulauan Maluku, disamping melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Beberapa di antara mereka misalnya adalah Imam Ridjali, Tagglukabessy, Kakiali, dan lainnya yang tidak tertulis di dalam sejarah Maluku. Kerajaan ini berdiri sebelum kedatangan imperialisme bangsa Eropa ke wilayah Nusantara. (Selengkapnya, ...)


Kerajaan Iha adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Saparua, Maluku. Di Pulau Saparua, sampai pada masa penjajahan Belanda ada dua kerajaan yang terkenal yaitu Iha dan Honimoa (Siri Sori). Kedua kerajaan Islam yang cukup berpengaruh ini sempat dikenal sebagai sapanolua artinya "dua sampan" atau "dua perahu". Yang dimaksudkan ialah pulau Saparua mempunyai dua jazirah yang besar yang diatasnya berkuasa dua orang raja dengan tanahnya yang sangat luas itu yaitu disebelah utara raja Iha dengan kerajaannya dan di sebelah tenggara raja Honimoa (Siri Sori) dengan Kerajaannya. Kerajaan Iha terlibat dalam sebuah perlawanan melawan kolonial Belanda yang disebut Perang Iha (1632–1651). Perang ini sendiri mengakibatkan kerajaan Iha kehilangan sebagian daerah dan rakyatnya sehingga kemudian mengalami kemunduran. (Baca selengkapnya...)


Kerajaan Huamual adalah kerajaan Islam di Pulau Seram, Kepulauan Maluku. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1256 dan memiliki kekuasaan dari ujung selatan Seram Barat hingga tanah genting kota Nia. Ibu kota kerajaan Huamual adalah Luhu.

Kerajaan Huamual memiliki peran penting dalam Islamisasi di wilayah Maluku Tengah. Perkembangan Kerajaan Huamual tidak terlepas dari pengaruh Ternate dalam membentuk jaringan Islamisasi dan perdagangan.

Kerajaan Huamual memiliki konsep kenegaraan, rakyat yang besar, wilayah teritorial yang luas, sistem pemerintahan, lambang kerajaan, dan bendera kerajaan.

Dalam riwayat tercatat masyarakat di berbagai daerah Huamual membangun benteng pertahanan rakyat sebagai antisipasi melindungi pemukiman dari serangan VOC.  (Baca selengkapnya ...)