Sejarah Kerajaan Iha di Maluku

Penelusuran terkait: sejarah kerajaan iha, raja kerajaan iha, lambang kerajaan iha, kerajaan huamual, pendiri kerajaan iha, marga iha, gambar kerajaan iha, sejarah kerajaan huamual

Sejarah Kerajaan Iha di Maluku
Lukisan Ihamao (Iha) sekitar tahun 1632 (Sumber Gambar: Website NEGERI SAPARUA)

Kerajaan Iha adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Saparua, Maluku. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1400 hingga 1651. 

Di Pulau Saparua, sampai pada masa penjajahan Belanda ada dua kerajaan yang terkenal yaitu Iha dan Honimoa (Siri Sori). Kedua kerajaan Islam yang cukup berpengaruh ini sempat dikenal sebagai sapanolua artinya "dua sampan" atau "dua perahu". Yang dimaksudkan ialah pulau Saparua mempunyai dua jazirah yang besar yang diatasnya berkuasa dua orang raja dengan tanahnya yang sangat luas itu yaitu disebelah utara raja Iha dengan kerajaannya dan di sebelah tenggara raja Honimoa (Siri Sori) dengan Kerajaannya.

Kerajaan Iha memiliki tujuh negeri yang tersebar di berbagai tempat. Namun, pusat kerajaan terletak di tengah-tengah jazirah utara Pulau Saparua, tepatnya di atas puncak Gunung Amaiha-Ulupalu.

Kerajaan Iha merupakan salah satu kerajaan Islam tertua dan terbesar di jazirah Maluku bagian tengah. Namun, kerajaan ini tidak setenar kerajaan Islam lainnya.

Kerajaan Iha sejak dahulu kala terkenal sebagai suatu kerajaan pandai-besi, artinya kerajaan ini mempunyai keahlian khusus dalam membuat benda-benda tajam seperti : kapak, tombak, golok, pisau dan alat senjata lainnya yang dibuat dari besi. Juga terkenal sebagai suatu kerajaan yang rakyatnya hampir sebagian besar pandai membuat perhiasan (pandai emas) sehingga sampai saat ini masih terkenal sebuah ungkapan di daerah Maluku : “Orang Iha puji mas padahal tembaga”.

Sebelum datangnya Portugis dan Belanda, Kerajaan Iha terletak di antara Negeri Kulur sampai dengan perbatasan Negeri Ullath yang dahulunya berbatas dengan Kerajaan Sirisori.

Di abad ke-17, sebelum Iha dihancurkan oleh Gubernur Arnold de Vlaminge pada tahun 1652, letak lokasi dan geografis Kerajaan Iha meliputi seluruh bagian utara Pulau Saparua ini. Kerajaan ini memiliki 7 buah kerajaan kecil dengan mempunyai 7 buah negeri yang terletak saling berjauhan antara satu negeri dengan negeri lainnya, tetapi mempunyai satu pusat kerajaan yang terletak persis di tengah-tengah jazirah utara Pulau Saparua itu, dan berkedudukan di atas sebuah bukit karang di atas puncak gunung Amaiha-Ulupalu (gunung Amaiha Ulupaluw). Kerajaan ini adalah Kerajaan Ulilima dalam persekutuan adat di daerah Maluku. Karena ada pula kerajaan yang disebut Ulisiwa.

Masyarakat Iha menurut Buku Tembaga Kerajaan Iha, dikatakan bahwa masyarakat Iha berasal dari Nunusaku (Pulau Seram), kemudian berpindah ke Pulau Saparua dan mendirikan Kerajaan Iha di Pulau Saparua. Pemindahan orang-orang Iha ke Pulau Saparua ini sampai sekarang masih merupakan sumber cerita rakyat turun-temurun, sehingga bila masyarakat Iha bila ditanya, mereka akan menyatakan bahwa mereka berasal dari Nunusaku Pulau Seram. Menurut sumber lain, masyarakat Iha ini berasal dari Kerajaan Ternate.

Pada tahun 1632–1651, Kerajaan Iha terlibat dalam Perang Iha melawan kolonial Belanda. Perang ini mengakibatkan kerajaan Iha kehilangan sebagian daerah dan rakyatnya, sehingga mengalami kemunduran.


Silsilah kerajaan

Raja Iha pertama bernama Latu Sopacua, Latu mempunyai 8 orang putra. Putra pertama bernama Latusali, dan dia inilah yang memerintah sebagai raja pengganti ayahnya. Putra kedua bernama Latuwaji dan putra ketiga bernama Latupikaulan. Turunan Latusali sekarang masih ada dan memerintah Negeri Iha di Pulau Seram bagian barat dengan nama Latukaisupi Keturunan Latuwaji sekarang memerintah negeri Ihamahu di Pulau Saparua. Sedangkan keturunan putra ketiga, Latupikaulan menikah dengan keluarga Amahoru dan sekarang memerintah Negeri Iha (di pulau Saparua sebagai keturunan raja) yang memerintah atas putri [nama] Raja Latu Pikaulan.

Putra raja yang keempat sampai dengan yang kedelapan mempunyai keturunan-keturunan yang walaupun tidak memerintah, tetapi mereka masuk dalam keluarga-keluarga keturunan Raja Iha dan selalu bergabung dalam satu Soa yang disebut Soa Raja, yang mereka ini masih ada sampai sekarang dan berdiam di Negeri Iha (Pulau Seram), di Negeri Ihamahu maupun di Negeri Iha di Pulau Saparua. Mereka merupakan satu persekutuan adat tersendiri dan saling bantu-membantu dalam bermacam-macam acara adat, misalnya acara pernikahan, pembuatan rumah, masohi (gotong royong) ataupun tolong menolong antara sesama mereka dalam segala bentuk kegiatan.


Sistim pemerintahan

Dalam struktur pemerintahan, masyarakat kerajaan Iha diperintah oleh seorang raja. Raja Iha dibantu oleh 7 orang Kepala Soa, yaitu :

  1. Soa Raja
  2. Soa Patij
  3. Hahuan
  4. Peletula
  5. Soa Malige hukum, dan 2 soa lagi, yaitu soa ke-6 dan soa ke-7, kurang dikenal.

Raja Iha diangkat dan diberhentikan oleh Badan Saniri Besar yang merupakan suatu badan tertinggi dan dapat diumpamakan dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang keanggotaannya terdiri dari anggota-anggota Badan Saniri Raja Pattih, anggota-anggota Badan Saniri lengkap, Kepala Rumah tangga/Keluarga dan semua orang lelaki yang sudah dewasa. Badan ini bersidang setahun sekali, akan tetapi sewaktu-waktu Badan ini dapat bersidang jika kerajaan mendesak seperti antara lain bila Raja telah meninggalkan garis adat istiadat, terjadinya persengketaan batas-batas tanah atau penyerbuan suku liar atau dari lain negeri secara mendadak dan mengganggu keamanan ataupun kepentingan Kerajaan Iha sendiri.

Persidangan Badan Saniri Besar ini bertempat di Balairung (rumah adat) dimana dilaksanakan rapat terbuka atau demokrasi langsung. Selain itu, terdapat juga Dewan Saniri Raja Pattih yang dapat dikatakan sebagai suatu Dewan Eksekutif yang melaksanakan tugas sehari-hari dan keanggotaannya terdiri dari Raja, Kepala Soa, Panglima Perang (Kapitan), Kepala Kewang (Latukewano), atau Polisi hutan dan lautan, serta Marinyo (pesuruh kerajaan).

Selain 2 badan tadi, terdapat pula sebuah Badan Saniri Lengkap, dianggap sebagai Badan Legislatif yang mempunyai tugas membantu dan memperlancar tugas-tugas Raja dalam melaksanakan pemerintahan serta mengadakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Keanggotaan Badan Saniri Lengkap terdiri dari anggota Badan Saniri Raja Pattih, Kapitan, Kepala Adat (Mauweng), dan Tuan Tanah (Tuan Negeri).


Sumber: 

  1. https://negerisaparua.blogspot.com/2021/04/kerajaan-iha-berinteraksi-dengan-segala.html
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Iha