Sejarah Kota Bandung secara resmi dimulai pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, pada abad ke-19. Kota Bandung didirikan oleh dan atas kehendak (kebijakan) Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829). Akan tetapi proses pendiriannya dipercepat oleh perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels (1808-1811) dengan surat keputusan (besluit) pada tanggal 25 September 1810, sehingga tanggal 25 September dianggap sebagai hari jadi kota Bandung".
Bandung Purba
Pada Zaman Tersier Kala Oligosen (27 juta tahun yang lalu), pulau Jawa sekarang ini masih merupakan bagian dari laut dangkal yang memanjang dari Rajamandala hingga Pelabuhan Ratu. Bukti mengenai hal ini adalah ditemukannya terumbu karang purbakala di perbukitan kapur kawasan karst Citatah, Rajamandala. Proses pengangkatan kerak bumi selama jutaan tahun membentuk lipatan, patahan, dan retakan, sehingga pantai utara Pulau Jawa berada di titik Pangalengan. Bukit-bukit kapur yang terangkat itu juga mengalami proses pelarutan dan karstifikasi, sehingga terbentuk saluran-saluran air yang terus membesar menjadi sungai bawah tanah dan goa-goa, antara lain Gua Sanghyang Poek, Gua Bancana dan Gua Pawon.
Sekitar empat juta tahun lalu (Kala Pliosen) terjadi akitivitas vulkanik di selatan Cimahi. Di tempat itu muncul beberapa gunung seperti Gunung Lagadar, Gunung Selacau, Gunung Lalakon, Gunung Paseban, Gunung Singa, Gunung Pasir Pancir dan lain-lain.
Lama kelamaan, aktivitas vulkanik bergeser ke arah utara. Pada Kala Pleistosen Akhir (sekitar 500.000 tahun yang lalu), Gunung Sunda purba di bagian utara Bandung sekarang meletus berkali-kali, sehingga mengambrukkan tubuhnya dan membentuk Kaldera Sunda yang dipagari jajaran perbukitan di Bandung Utara dan Timur. Bentukan alam inilah yang merupakan cikal bakal wilayah Cekungan Bandung sekarang. Pada kala yang sama terjadi Patahan Lembang yang memanjang dari arah barat (Cisarua, Lembang) ke timur (Gunung Manglayang).
Sekitar 125.000 tahun yang lalu terjadi letusan Gunung Tangkuban Parahu berkali-kali. Material letusannya sebagian mengisi Patahan Lembang, dan sebagian lagi membendung sungai Citarum purba di utara Padalarang sehingga terbentuklah Situ Hyang atau Danau Bandung Purba di Cekungan Bandung yang terbentang dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di barat dan dari Bukit Dago di utara sampai Soreang di selatan.
Letusan berikutnya terjadi sekitar 55.000 tahun yang lalu, material letusannya mengalir ke selatan, menutupi wilayah yang sangat luas dan memisahkan Danau Purba Bandung menjadi dua bagian, yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.
Pada saat Bandung menjadi danau yang sangat besar, air genangannya mulai mengikis tebing di perbukitan sisi barat. Gempa bumi di jalur patahan yang banyak mengiris Cekungan Bandung telah memberikan jalan bagi air untuk membobol Danau Bandung Purba. Pelepasan air danau terjadi pada saat memasuki celah-celah antara Pasir Kiara dan Pasir Larang hingga akhirnya Situ Hyang menyusut di suatu lembah sempit yang dikenal dengan sebutan Cukang Rahong untuk Danau Bandung Purba Barat, dan Curug Jompong untuk Danau Bandung Purba Timur.
Manusia Purba Cekungan Bandung
Cekungan Bandung sudah dihuni oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 9000 tahun yang lalu. Pada akhir tahun 2003, ditemukan empat fosil kerangka utuh manusia purba jenis Homo sapiens di Gua Pawon (utara Padalarang), yang diperkirakan berusia 9000 tahun.
Gua Pawon merupakan gua pertama di Pulau Jawa bagian barat, sebagai tempat ditemukannya kerangka manusia prasejarah. Menurut arkeolog Prancis, Jean-Christophe Galipaude (Agustus 2009), kerangka ini sangat mungkin merupakan kerangka manusia tertua yang pernah ditemukan di Indonesia bagian barat. Di Gua Pawon ditemukan juga 22.000 artefak berupa gelang-gelang dari batu gelas (obsidian), kapak, dan aneka peralatan dari batu obsidian. Goa itu diperkirakan menjadi tempat tinggal sekaligus pekuburan manusia purba.
Selain di wilayah barat (Gua Pawon), permukiman manusia Purba di sekitar Cekungan Bandung juga terdapat di wilayah utara, timur laut dan selatan Cekungan Bandung. Hal ini dibuktikan dengan penemuan berbagai artefak purba, seperti kapak, mata panah dan mata tombak yang terbuat dari obsidian, mata tombak perunggu, cetakan tanah liat untuk pengecoran dan pecahan keramik tembikar purba. Artefek-artefak itu ditemukan antara lain di Dago Pakar, Pasir Kiara Janggot, Pasir Panyandaan, Darmaga, Gunung Singa dan Gunung Sadu. (Sumber: id.wikipedia.org)
Incoming search: sejarah bandung purba, sejarah terbentuknya kota bandung, sejarah kota bandung pdf, sejarah bandung lautan api, sejarah kabupaten bandung, luas dan letak wilayah kota bandung, kota bandung sekarang, sejarah kota bandung dalam bahasa sunda
Bandung Purba
Danau Bandung Purba [deskgram.net] |
Sekitar empat juta tahun lalu (Kala Pliosen) terjadi akitivitas vulkanik di selatan Cimahi. Di tempat itu muncul beberapa gunung seperti Gunung Lagadar, Gunung Selacau, Gunung Lalakon, Gunung Paseban, Gunung Singa, Gunung Pasir Pancir dan lain-lain.
Lama kelamaan, aktivitas vulkanik bergeser ke arah utara. Pada Kala Pleistosen Akhir (sekitar 500.000 tahun yang lalu), Gunung Sunda purba di bagian utara Bandung sekarang meletus berkali-kali, sehingga mengambrukkan tubuhnya dan membentuk Kaldera Sunda yang dipagari jajaran perbukitan di Bandung Utara dan Timur. Bentukan alam inilah yang merupakan cikal bakal wilayah Cekungan Bandung sekarang. Pada kala yang sama terjadi Patahan Lembang yang memanjang dari arah barat (Cisarua, Lembang) ke timur (Gunung Manglayang).
Sekitar 125.000 tahun yang lalu terjadi letusan Gunung Tangkuban Parahu berkali-kali. Material letusannya sebagian mengisi Patahan Lembang, dan sebagian lagi membendung sungai Citarum purba di utara Padalarang sehingga terbentuklah Situ Hyang atau Danau Bandung Purba di Cekungan Bandung yang terbentang dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di barat dan dari Bukit Dago di utara sampai Soreang di selatan.
Letusan berikutnya terjadi sekitar 55.000 tahun yang lalu, material letusannya mengalir ke selatan, menutupi wilayah yang sangat luas dan memisahkan Danau Purba Bandung menjadi dua bagian, yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.
Pada saat Bandung menjadi danau yang sangat besar, air genangannya mulai mengikis tebing di perbukitan sisi barat. Gempa bumi di jalur patahan yang banyak mengiris Cekungan Bandung telah memberikan jalan bagi air untuk membobol Danau Bandung Purba. Pelepasan air danau terjadi pada saat memasuki celah-celah antara Pasir Kiara dan Pasir Larang hingga akhirnya Situ Hyang menyusut di suatu lembah sempit yang dikenal dengan sebutan Cukang Rahong untuk Danau Bandung Purba Barat, dan Curug Jompong untuk Danau Bandung Purba Timur.
Manusia Purba Cekungan Bandung
Cekungan Bandung sudah dihuni oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 9000 tahun yang lalu. Pada akhir tahun 2003, ditemukan empat fosil kerangka utuh manusia purba jenis Homo sapiens di Gua Pawon (utara Padalarang), yang diperkirakan berusia 9000 tahun.
Gua Pawon merupakan gua pertama di Pulau Jawa bagian barat, sebagai tempat ditemukannya kerangka manusia prasejarah. Menurut arkeolog Prancis, Jean-Christophe Galipaude (Agustus 2009), kerangka ini sangat mungkin merupakan kerangka manusia tertua yang pernah ditemukan di Indonesia bagian barat. Di Gua Pawon ditemukan juga 22.000 artefak berupa gelang-gelang dari batu gelas (obsidian), kapak, dan aneka peralatan dari batu obsidian. Goa itu diperkirakan menjadi tempat tinggal sekaligus pekuburan manusia purba.
Selain di wilayah barat (Gua Pawon), permukiman manusia Purba di sekitar Cekungan Bandung juga terdapat di wilayah utara, timur laut dan selatan Cekungan Bandung. Hal ini dibuktikan dengan penemuan berbagai artefak purba, seperti kapak, mata panah dan mata tombak yang terbuat dari obsidian, mata tombak perunggu, cetakan tanah liat untuk pengecoran dan pecahan keramik tembikar purba. Artefek-artefak itu ditemukan antara lain di Dago Pakar, Pasir Kiara Janggot, Pasir Panyandaan, Darmaga, Gunung Singa dan Gunung Sadu. (Sumber: id.wikipedia.org)
Incoming search: sejarah bandung purba, sejarah terbentuknya kota bandung, sejarah kota bandung pdf, sejarah bandung lautan api, sejarah kabupaten bandung, luas dan letak wilayah kota bandung, kota bandung sekarang, sejarah kota bandung dalam bahasa sunda