Sejarah Kerajaan Sungai Pagu

tahun dan sebab keruntuhan kerajaan sungai pagu, sungai pagu solok selatan, suku tigo lareh, sumber sejarah kerajaan pagaruyung, kerajaan siguntur, suku durian di minangkabau, kerajaan bungo setangkai, kesimpulan kerajaan pagaruyung

Sejarah Kerajaan Sungai Pagu
Istana Raja Balun

Kerajaan Sungai Pagu tau bernama lengkap 'Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu' adalah sebuah kerajaan di daerah Solok Selatan sekarang. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-16 M, atau sekitar tahun 1500-an. Namun begitu cikal-bekal kerajaan sudah ada jauh sebelumnya, seperti penjelajahan daerah baru yang dilakukan menembus bukit barisan hingga ke Bandar Sepuluh (Banda X, Pesisir Selatan sekarang) pada tahun 1490 atas titah ninik-mamak.

Istano Rajo Balun merupakan sabuah bangunan istana yang masih terjaga dan tegak kokoh di Alam Surambi Sungai Pagu. Istana Raja Balun terletak di Jorong Balun, Nagari Pakan Rabaa, Muarolabuah, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Istana ni sangat mudah untuk ditemukan, letaknyo di pinggir jalan raya. Jika dari Padang, Istano Rajo Balun ini terlihat setelah gerbang ameh Saribu Rumah Gadang sebelah suok.

Saat pertamakali dibentuk, kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu memiliki tujuh daerah (luhak nan tujuah) yaitu:

  1. Sungai Durian.
  2. Sungai Talu.
  3. Sawah Siluak.
  4. Lolo/Alai.
  5. Mudiak Lawe.
  6. Sipotu.
  7. Sungai Cangka (cangkau).

Rajanya diberi gelar Bagombak Putiah Bajangguik Merah, Nan Minum Di Tabuang Bapaluik, Nan Makan Bajamba Surang.

Setelah raja pertama di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu mangkat, maka kedudukannya digantikan oleh Inyiak Duano Gajah Gilo dengan gelar yang sama. Pada masa ini sudah mulai dilakukan perluasan wilayah dan penaklukan.

Adat raja di Minangkabau adalah dari mamak turun ke kemenakan, maka setelah wilayah kerajaan meluas hingga Punggasan (Kabupaten Pesisir Selatan sekarang) dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Raja Duano pun mangkat, maka raja ketiga pun naik tahta, beliau adalah Inyiak Sutan Parendangan.

Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu pada masa raja ketiga dikabarkan sangat makmur, beliau mendirikan banyak daerah baru bahkan juga Molabuah (Muara Labuh sekarang) atau dalam artian muara tempat berlabuh biduk (mengangkut komoditi yang ada di kerajaan) rumah gadang banyak didirikan, pada masa itu ajaran Islam juga sudah mulai masuk lewat wilayah rantaunya yaitu wilayah pesisir.

Sejarah Kerajaan Sungai Pagu
Surau Menara, salah satu peninggalan Kerajaan Sungai Pagu yang masih tersisa

Setelah Islam masuk, dibangunlah sebuah surau yang megah, dengan perpaduan arsitektur Jawa, Cina dan Minangkabau, diberi tonggak sebanyak 59 buah, jendelanya disesuaikan dengan jumlah rakaat shalat, dan ditasbihkanlah seorang ulama besar di sana yaitu Syaikh Maulana Sofi (1651-1749) murid dari Syaikh Burhanuddin Ulakan, pembawa tareqat Satariyah.

Saat masa raja ketiga inilah muncul permasalahan yang besar, dikabarkan sang raja hilang, tak diketahui ke mana perginya. Dengan demikian maka terjadilah masa kekosongan pemerintahan di Alam Surambi Sungai Pagu yang terjadi kira-kira sekitar tahun 1700-an atau pada abad ke-18 M.

Singkat cerita diangkatlah raja keempat yakni, Inyiak Samsudin Sadewano. Saat itulah negeri Alam Surambi Sungai Pagu menjadi alam yang makmur, aman sentosa. Segala kemajuan gilang-gemilang yang sudah ada sebelumnya kembali tercapai. Tanah kembali subur, air kembali mengalir, pelabuhan jalan dengan sentosanya.

Sumber: https://www.topsumbar.co.id/2022/04/berdirinya-alam-surambi-sungai-pagu-hingga-masa-empat-raja-bagian-i/