Sejarah Kerajaan Dharmasraya (1183-1347)

pendiri kerajaan dharmasraya, kerajaan dharmasraya raja terkenal, peninggalan kerajaan dharmasraya, tempat kerajaan dharmasraya, runtuhnya kerajaan dharmasraya, kerajaan dharmasraya berdiri pada abad ke, pemimpin kerajaan dharmasraya, prasasti kerajaan dharmasraya

Sejarah Kerajaan Dharmasraya (1183-1347)

Kerajaan Dharmasraya adalah kerajaan Melayu di Sumatera yang bercorak Buddha. Namanya muncul seiring dengan melemahnya atau runtuhnya Kemaharajaan Sriwijaya, yakni sekitar abad ke-11 sampai 12 Masehi.

Pada masa kejayaannya, Dharmasraya menjadi kerajaan terbesar di Sumatera yang memiliki banyak negeri bawahan. Bahkan kekuasaannya membentang dari Sumatera, tanah Sunda, hingga Semenanjung Malaya. Selain itu, Kerajaan Dharmasraya juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, salah satunya adalah Kerajaan Singasari.

Penemuan Prasasti Grahi di selatan Thailand menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Dharmasraya. Slamet Muljana dalam Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi (1981) menyebutkan, Prasasti Grahi ditulis dalam bahasa Khmer dan berangka tahun 1105 Saka atau 1183 Masehi. Prasasti Grahi menjelaskan tentang perintah Raja Dharmasraya, Maharaja Srimat Trailokya Maulibhusana Warmadewa, terkait pembuatan arca Buddha kepada Bupati Grahi, Mahasenapati Galanai. Tertulis pula, "Empat belas pengikut serta tujuh ratna permata dibawa dari Bumi Jawa ke Suwarnabhumi, ditegakkan di Dharmasraya..."

Dikutip dari tulisan Anna T. N. Bennett bertajuk "Gold in Early Southeast Asia" dalam Archeo Sciences Journal (2009), Suwarnabhumi mengacu kepada wilayah Semenanjung Asia Tenggara, juga kerap dikaitkan untuk menyebut pulau yang kini bernama Sumatera.

Adapun Prasasti Grahi ditemukan di Chaiya, selatan Thailand. Chaiya -yang dulunya bernama Grahi- pernah menjadi bagian dari Kerajaan Tambralingga yang merupakan negeri taklukan Kerajaan Sriwijaya sebelum diambil-alih oleh Kerajaan Dharmasraya. Bukti lainnya terkait keberadaan Kerajaan Dharmasraya terungkap dalam catatan Cina yakni Zhufan Zhi karya Zhao Rugua yang ditulis pada 1225 M.


Sejarah berdirinya Kerajaan Dharmasraya

Kerajaan Dharmasraya adalah penerus Kerajaan Melayu, yang pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Setelah kekuasaan Wangsa Sailendra di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya berakhir, Melayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka.

Kerajaan Dharmasraya berkembang dengan sangat cepat. Bahkan pada masa awal pemerintahannya, kekuasaannya telah mencapai Grahi, yang terletak di perbatasan Kamboja dan Thailand. Hal ini karena raja pertamanya segera melakukan penyerangan besar-besaran ke wilayah bekas kekuasaan Sriwiijaya. Kemudian pada masa kekuasaan Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa, kerajaan ini berhasil menaklukkan dan menduduki Jawa bagian barat (tanah Sunda).

Setelah Sriwijaya runtuh, Dharmasraya menjadi kerajaan terbesar di Sumatera yang memiliki sekitar 15 kerajaan bawahan, mulai dari Semenanjung Malaya, Sumatera dan pesisir timurnya, hingga sebagian daerah Jawa bagian barat.

Kerajaan Dharmasraya didirikan oleh Dinasti Mauli pada 1183 oleh Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa sebagai pendiri sekaligus raja pertamanya. Pusat pemerintahan awal kerajaan ini berada di wilayah yang sekarang bernama Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Wilayah pusat Kerajaan Dharmasraya berada di tepi Sungai Batanghari. Di era Adityawarman bergelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (1347-1375 M), Kerajaan Dharmasraya dipindahkan ke Pagaruyung atau Suruaso (Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat).

Setelah bertakhta dan memindahkan pusat kekuasaan, Adityawarman kemudian mengubah nama Kerajaan Dharmasraya menjadi Malayapura pada 1347 Masehi. Dengan kata lain, Adityawarman adalah raja terakhir Kerajaan Dharmasraya.


Raja-raja Kerajaan Dharmasraya

  1. Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286 M)
  2. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1316 M)
  3. Srimat Sri Akarendrawarman (1316-1347 M)
  4. Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (Adityawarman)


Runtuhnya Kerajaan Dharmasraya

Di era Raja Adityawarman, Kerajaan Dharmasraya dipindahkan ke Pagaruyung dan nama kerajaannya menjadi Malayapura. Penyebab runtuhnya Kerajaan Dharmasraya diperkirakan karena ekspansi Kerajaan Majapahit. Kakawin Nagarakretagama menyebut bahwa bumi Melayu sebagai salah satu negeri jajahan Kerajaan Majapahit. Pada 1339, Adityawarman dikirim sebagai raja bawahan Majapahit, untuk terlibat dalam beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Setelah membantu Majapahit inilah, Adityawarman memindahkan letak Kerajaan Dharmasraya, yang namanya kemudian dikenal sebagai Kerajaan Malayapura atau Pagaruyung.


Peninggalan Kerajaan Dharmasraya

1. Prasasti Grahi - Berisi perintah Raja Dharmasraya pertama kepada Bupati Grahi, Mahesanapati Galanai, untuk membuat arca Buddha. Yang ditugaskan oleh bupati tersebut adalah seseorang bernama Mraten Sri Nano.

2. Prasasti Padang Roco (Arca Amoghapasa) - Diberikan oleh Kertanegara dari Kerajaan Singasari kepada Dharmasraya pada masa Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Prasasti ini tertulis dalam Arca Amoghapasa dan membahas tentang harapan Singasari agar Dharmasraya selalu bahagia. Baca juga: Sejarah Kerajaan Buleleng: Pendiri, Letak, Raja, & Peninggalan Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kalingga, Peninggalan, Daftar Raja-Ratu Sejarah Kesultanan Bima: Peninggalan Kerajaan & Silsilah Raja-raja.

3. Prasasti Suruaso - J.G. de Casparis - dalam Kerajaan Melayu dan Adityawarman (235-256) menjelaskan, prasasti ini berisi keberhasilan Adityawarman menyelesaikan pembangunan saluran air yang proyeknya sudah dimulai sejak era raja sebelumnya, Srimat Sri Akarendrawan.

4. Prasasti Kuburajo - Ditemukan pada 1877 di Kuburajo, Tanah Datar, Sumatera Barat. Berisi pujian-pujian terhadap raja Adityawarman yang dituliskan dalam bahasa Sanskerta.


Sumber:

  • Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Dharmasraya
  • R, Prasetya. (2021). Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 M. Yogyakarta: Araska.