sejarah kerajaan demak, peninggalan kerajaan demak, raja kerajaan demak, letak kerajaan demak, bendera kesultanan demak, raja terkenal kerajaan demak, keruntuhan kerajaan demak, ekonomi kerajaan demak
Bendera kesultanan Demak |
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri pada abad ke-16 M. Pusat Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, putra dari Raja Majapahit dan putri China yang masuk Islam. Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya di bawah Sultan Trenggono, yang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan menyerang Malaka dan Sunda Kelapa. Kerajaan ini kemudian mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat perebutan kekuasaan antara para pewaris dan adipati. Kerajaan Demak digantikan oleh Kerajaan Pajang sebagai kerajaan Islam terkuat di Jawa. Kerajaan Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah.
Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.
Kerajaan Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak merupakan wilayah kadipaten yang tunduk pada kekuasaan Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara. Namun, saat terjadinya kemunduran di Kerajaan Majapahit maka Demak berdiri dan berkembang menjadi sebuah kerajaan.
Menurut beberapa sumber sejarah, seperti Babad Tanah Jawi dan Sejarah Banten, pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China yang masuk Islam. Raden Patah awalnya adalah adipati di Palembang, namun kemudian pindah ke Demak dan mendirikan kerajaan Islam di sana pada tahun 1478 M¹².
Raden Patah mendapat dukungan dari Wali Songo, sembilan tokoh penyebar Islam di Jawa. Salah satu dari Wali Songo yang paling berpengaruh adalah Sunan Ampel, yang menjadi guru dan mertua Raden Patah. Sunan Ampel juga membantu Raden Patah dalam menghadapi serangan dari Majapahit yang masih ingin mempertahankan kekuasaannya.
Kerjaan Demak berjaya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546), putra dari Raden Patah. Sultan Trenggono berhasil memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Ia juga mengirimkan pasukan untuk menyerang Malaka, yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Salah satu panglima perang yang terkenal dari Demak adalah Fatahillah, yang berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis pada tahun 1527 M dan mengubah namanya menjadi Jayakarta.
Sultan Trenggono juga membangun beberapa masjid dan menara sebagai pusat ibadah dan pendidikan Islam. Salah satu masjid yang dibangunnya adalah Masjid Agung Demak, yang memiliki arsitektur khas Jawa dengan atap bertingkat-tingkat. Masjid ini juga menyimpan beberapa benda bersejarah, seperti mimbar kayu yang dipercaya dibuat oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo.
Letak strategis di pesisir pantai Jawa membuat Demak menjadi bandar perdagangan yang maju bersama Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon dan Sunda Kelapa. Selain perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor seperti beras dari pedalaman yang dihasilkan dari kadipaten – kadipaten seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati dan Pajang. Komoditas ini diekspor melalui jalur perdagangan internasional di Nusantara.
Kerajaan Demak mampu mengakhiri kedigdayaan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda. Setelah berdiri sendiri, Kerajaan Demak menempatkan adipati – adipati di daerah – daerah sebagai perpanjangan tangan Sultan. Daerah tersebut seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun yang memiliki adipati yang sangat berpengaruh. Selama Kerajaan Demak berdiri, kerajaan ini sering bersinggungan dengan bangsa barat. Salah satu diantaranya ketika terjadi perebutan Sunda Kelapa pada tahun 1527 dengan Portugis.
Berbeda dengan kerajaan Hindu maupun Buddha, di agama Islam tidak terdapat kasta dalam kehidupan sosialnya. Pada agama Islam juga tidak terdapat ritual – ritual yang mengeluarkan biaya layaknya yang dilakukan di agama Hindu. Sistem sosial Kerajaan Demak bersifat egaliter, artinya terdapat kesetaraan antara rakyat dan pemimpin yang dapat dilihat ketika pelaksanaan sholat Jumat.
Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Demak dimulai setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546 M. Ia tewas dalam sebuah pertempuran melawan Kerajaan Blambangan di Panarukan, Situbondo. Setelah kematian Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara putra-putranya dan para adipati lainnya.
Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono, naik takhta sebagai raja Demak berikutnya. Namun, ia dibunuh oleh Arya Penangsang, putra dari Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar, yang merupakan saingannya dalam perebutan takhta. Arya Penangsang kemudian menjadi raja Demak selanjutnya.
Arya Penangsang juga menghadapi perlawanan dari Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, adipati Jepara yang merupakan saudara ipar Sultan Trenggono. Pangeran Hadiri berhasil mempertahankan Jepara dari serangan Arya Penangsang dan mendirikan Kerajaan Kalinyamat yang mandiri dari Demak.
Arya Penangsang akhirnya tewas pada tahun 1554 M oleh Ki Ageng Pemanahan, bawahan dari Pangeran Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, adipati Pajang. Ki Ageng Pemanahan menusuk Arya Penangsang dengan keris Kyai Setan Kober, yang merupakan milik Arya Penangsang sendiri. Dengan kematian Arya Penangsang, Kerajaan Demak pun runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Pajang sebagai kerajaan Islam terkuat di Jawa.
1. Raden Patah (1500-1518 M)
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, salah satu putra dari raja Majapahit dari istri raja yang berasal dari Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin sejak 1500 M. Dibawah kepemimpinan Raden patah, Demak mampu berkembang menjadi pusat agama Islam uyang dikembangkan melalui peran Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah merupakan periode awal berkembangnya Islam di Jawa.
2. Adipati Unus (1518-1521 M)
Pasca meninggalnya Raden Patah pada tahun 1518 M, Kesultanan Demak diambil alih oleh putranya Adipati Unus (1488-1521 M). Keberaniannya dalam perang membuat Adipati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521, Adipati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka yang dikuasai Portugis. Dalam pertempuran tersebut, Adipati Unus gugur dan digantikan oleh Sultan Trenggana, merupakan raja ketiga Kesultanan Demak.
3. Sultan Trenggana (1521-1546)
Kesultanan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Wilayah Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 1527, dibawah pimpinan Fatahillah, Demak bersama Cirebon mampu mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa diganti menjadi “Jayakarta” yang berarti kemenangan yang sempurna. Pada tahun 1546 Demak melakukan penyerangan ke Penarukan Situbondo, yang dikuasai Kerajaan Blambangan, Sultan Trenggana tewas terbunuh dalam pertempuran ini.
4. Sunan Prawata (1546-1549 M)
Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggana. Pasca terbunuhnya Sultan Trenggana, perpindahan kekuasaan ke anaknya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berusaha untuk menduduki kekuasan Kesultanan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata membunuh Pangeran Surowiyoto yang menyebabkan surutnya dukungan kepada Sunan Prawata. Akibatnya, Sunan Prawata memilih memindahkan pusat kerajaan ke Pati. Masa kekuasaan Sunan Prawata tidak berlangsung lama setelah Arya Penangsang, putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata pada tahun 1549 M.
5. Arya Penangsang (1549-1554 M)
Arya Penangsang menduduki tahta Kerajaan Demak setelah melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata. Selain itu, ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri / Kalinyamat sebagai penguasa Jepara yang dianggapnya berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini membuat para adipati Demak tidak senang, salah satu diantaranya adalah Hadiwijaya dari Pajang. Kekusaan Demakpun dipindah dari Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang. Masa pemerintahan Arya Penangsang berakhir pada tahun 1554 setelah Hadiwijaya yang dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan anaknya Sutawijaya melakukan pemberontakan. Arya Penangsang tewas dan kedudukan Sultan Demak diduduki oleh Hadiwijaya yang memindahkan kekuasannya ke Pajang, menandai berakhirnya Kerajaan Demak.
- Soko Tatal - Soko Tatal berbentuk tiang penyangga dari Masjid Agung Demak. Selain Soko Tatal juga ada Soko Guru. Soko Guru merupakan tiga buah tiang berdiameter sakitar satu meter untuk menyangga Masjid Agung Demak. Sedangkan Soko Tatal sendiri terbuat dari potongan kayu yang berasal dari kayu siswa pembuatan dari Soko Guru.
- Masjid Agung Demak - Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota. Diperkirakan masjid ini didirikan pada tahun 1479 M. Hingga kini Masjid Demak masih kokoh berdiri di pusat kota Demak setelah beberapa renovasi.
- Pawastren - Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah perempuan. Pawastren memiliki dinding yang sangat indah dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan maksurah.
- Makam Kalijaga - Makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak. Makam Sunan Kalijaga menjadi situs yang sering didatangi peziarah dari berbagai wilayah tanah air dan menjadi peninggalan Kerajaan Demak.
(1) Kesultanan Demak – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak.
(2) Sejarah Kerajaan Demak: Pendirian, Masa Kejayaan, dan … – detikcom. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5681731/sejarah-kerajaan-demak-pendirian-masa-kejayaan-dan-runtuhnya-kerajaan.
(3) Kerajaan Demak: Sejarah, Raja-raja, Masa Kejayaan dan … – detikcom. https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6084921/kerajaan-demak-sejarah-raja-raja-masa-kejayaan-dan-keruntuhannya.
(4) Sejarah Kerajaan Demak - Web SMAN 13 Semarang .
https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-kerajaan-demak/