Sejarah Kerajaan Mataram Islam Lengkap

kerajaan mataram islam, sejarah kerajaan mataram, raja kerajaan mataram, letak kerajaan mataram, pendiri kerajaan mataram, kerajaan mataram kuno, kerajaan mataram islam berdiri pada tahun, masa kejayaan kerajaan mataram

Sejarah Kerajaan Mataram Islam Lengkap
Bendera Kerajaan Mataram Islam


Kesultanan Mataram adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa pada abad ke-16. Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, tetapi baru menjadi negara berdaulat di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram.

Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Anyakrakusuma, Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang menyatukan sebagian besar pulau Jawa, yakni Jawa Tengah, DI Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur kecuali Banten, selain itu juga menguasai daerah Madura, dan Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, serta Pulau Sumatra (Palembang dan Jambi). Kesultanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: kutagara, nagaragung, mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat otonomi.

Kesultanan ini secara kenyataannya adalah negara merdeka yang menjalin hubungan perdagangan dengan Kerajaan Belanda ditandai dengan kedua pihak saling mengirim duta besar. Menjelang keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara protektorat Kerajaan Belanda, dengan status swapraja.

Perjanjian Giyanti membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan Nagari Kasultanan Ngayogyakarta. Perjanjian yang ditandatangani dan diratifikasi pada tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti ini secara hukum menandai berakhirnya Mataram.


Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan yang didirikan oleh Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya pada akhir abad ke 16. Pusat pemerintahan Mataram Islam terletak di sekitar Yogyakarta dan sempat mengalami perpindahan ke Surakarta. Karena berdiri pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Mataram Islam tidak luput dari konflik dan pengaruh Belanda. Pada masa penjajahan VOC, di Keraton terjadi campurtangan pihak VOC yang berakibat pada terpecahnya Mataram Islam menjadi dua yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada tahun 1755.


Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Berdirinya Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya membantu Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir mengalahkan Arya Penangsang. Sutawijaya merupakan putra dari Ki Ageng Pemanahan, salah satu orang kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Pada awal abad ke 16, Sutawijaya dan Ki Ageng Pemanahan membantu Sultan Hadiwijaya dalam menumpas pemberontakan Arya Penangsang di Demak. Setelah mampu menumpas pemberontakan, Sultan Hadiwijaya memilih mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang yang berpusat di sekitar Surakarta.

Sebagai bentuk balas budi atas bantuan penumpasan pemberontakan, Ki Ageng Pemanahan diberi hutan Mentaok (sekarang Kotagede, Yogyakarta) oleh Sultan Hadiwijaya. Selanjutnya wilayah tersebut berdiri sebuah kadipaten dibawah Kerajaan Pajang. Disaat yang sama, Sutawijaya diangkat sebagai anak Sultan Hadiwijaya sebagai pancingan karena belum memiliki keturunan.

Pada tahun 1575, Sutawijaya menggantikan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, yang wafat dengan gelar Senopati Ing Ngalaga, yang berarti panglima di medan perang. Setelah menggantikan ayahnya, Sutawijaya berusaha melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Pajang yang kemudian menimbulkan konflik diantara keduanya. Tak berselang lama, Sultan Hadiwijaya sakit dan akhirnya wafat. Usaha memerdekakan Mataram pun semakin mudah karena Kerajaan Pajang mengalami konflik internal.

Pada tahun 1586, Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan mengangkat dirinya dengan gelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan ini mengalami masa kejayaan dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), sebelum akhirnya pecah menjadi dua pada pertengahan abad ke 18.


Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma pada 1613 hingga 1645 Masehi. Sultan Agung mampu memperluas wilayah kekuasaannya di Jawa. Tidak hanya perluasan wilayah, pengaruh Sultan Agung juga menyebar pada bidang ekonomi, agama, budaya, hukum, dan pemerintahan. Pada bidang ekonomi Sultan Agung memberikan tanah kerajaan kepada petani dan membentuk forum komunikasi sebagai binaan. Sultan Agung juga menerapkan pajak yang tidak membebani rakyat.

Pada bidang pengembangan agama Islam, Sultan Agung menerapkan aturan sesuai hukum Islam di Mataram Islam. Pengembangan penanggalan berupa kalender Jawa pada tahun 1633 yang menggabungkan kombinasi Saka dan Hijriah menjadi bukti perkembangan pesat budaya Islam di masa kepemimpinan Sultan Agung. Pada bidang kesenian, Sultan Agung mengembangkan berbagai jenis tarian, gamelan hingga wayang yang berkembang pesat. Selain itu Serat Sastra Gending juga berkembang di luar Yogyakarta.


Runtuhnya Mataram Islam

Mataram Islam runtuh dimulai dari kekalahan Sultan Agung dalam merebut Batavia. Akibat kekalahan tersebut, perekonomian Mataram Islam semakin melemah karena banyak penduduk Mataram Islam dikerahkan untuk keperluan perang. Setelah Sultan Agung wafat, ditunjuklah Susuhunan Amangkurat I, putra Sultan Agung yang kemudian menjabat raja Mataram Islam. Keraton Mataram Islam kemudian dipindahkan ke Plered. Setelah Amangkurat I wafat, ditunjuklah Amangkurat II yang pada saat itu mengalami kemunduran akibat pengaruh VOC.

Sepeninggal Amangkurat II, campur tangan VOC mengakibatkan perang antara Paku Buwono I melawan Amangkurat III. Kemenangan Paku Buwono I membuat wilayah Mataram Islam terpecah dan mulailah era dinasti Pakubuwono di Mataram. Atas pengaruh Belanda, Mataram Islam terjadi konflik internal hingga puncaknya terjadi Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang membagi Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Perpecahan ini mengakhiri masa kejayaan Mataram Islam.


Peninggalan Mataram Islam

  1. Masjid Kotagede, Yogyakarta
  2. Masjid Agung Gedhe Kauman
  3. Masjid Agung Surakarta
  4. Keraton Kasunanan Surakarta
  5. Keraton Kesultanan Yogyakarta
  6. Taman Sari
  7. Kompleks Makam Kerajaan Imogiri