Sejarah Kerajaan Kalinyamat

Google search: peninggalan kerajaan kalinyamat, letak kerajaan kalinyamat, masa kejayaan kerajaan kalinyamat, pendiri kerajaan kalinyamat, keruntuhan kerajaan kalinyamat, kehidupan politik kerajaan kalinyamat, raja terakhir kerajaan kalinyamat, wajah asli ratu kalinyamat

Kerajaan Kalinyamat adalah kerajaan Jawa yang berpusat di Jepara pada abad ke-16. Kerajaan ini juga dikenal sebagai Kerajaan Jepara. Kerajaan Kalinyamat didirikan oleh seorang nahkoda asal Tiongkok bernama Wintang.

Sejarah Kerajaan Kalinyamat
Area yang dipercaya bekas Istana Kerajaan Kalinyamat

Awal berdiri

Wilayah Kalinyamat terletak kira-kira 18 km ke arah pedalaman dari Jepara. Pada abad keenambelas wilayah tersebut menjadi lokasi pemerintahan kota pelabuhan Jepara. Menurut salah satu catatan naskah, Kalinyamat didirikan oleh seorang nahkoda asal Tiongkok bernama (sesudah dijawakan) Wintang yang kapalnya kandas di tepi pantai Jepara.

Sesampainya di Jepara (Jung Mara) ia masuk Islam dan diislamkan oleh Sunan Kudus dan mengganti namanya menjadi Rakit. Beberapa waktu setelahnya, ia mendirikan pendukuhan di tepi jalan antara Kudus dan Jepara yang secara bertahap menjadi tempat yang maju dan berkembang pesat. Ia kemudian mengabdi kepada Sultan Trenggana dari Demak, dan mendapat salah seorang putri Sultan Trenggana sebagai istrinya. Menurut silsilah Kerajaan Demak, putri tersebut tercatat sebagai Ratu Aria Jepara atau yang dalam Babad Tanah Jawi ia disebut sebagai Ratu Kalinyamat.


Masa Kejayaan Kerajaan Kalinyamat

Puncak kejayaan Kerajaan Kalinyamat terjadi di pertengahan abad ke-16 ketika dipimpin oleh Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat adalah putri raja Demak Trenggana yang menjadi bupati di Jepara. Ia memerintah Jepara dari tahun 1549 hingga 1579.

Pada tahun 1551 dan 1574, Kalinyamat melakukan ekspedisi ke Melaka Portugis untuk mengusir Portugal dari Hindia Timur sementara meluaskan kekuasaannya ke luar Jawa, seperti Kalimantan Barat dan Pulau Bawean.

Ratu Kalinyamat berhasil mengangkat Jepara menjadi pusat perdagangan internasional dan membangun kekuatan maritim yang tak tertandingi. Ia membangun armada laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaannya.

Dikabarkan bahwa Ratu Kalinyamat menggantikan suaminya, Pangeran Hadiri, menjabat sebagai raja bagi Jepara. Meskipun tak memiliki anak dari suaminya, Ratu Kalinyamat mengasuh Pangeran Timur, Pangeran Arya, dan Dewi Wuryan sebagai anak-anak angkatnya.

Berkat Ratu Kalinyamat, Jepara mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satunya menjadi pelabuhan terbesar di tanah Jawa dan memiliki armada laut yang besar sekaligus kuat. Pada masa pemerintahannya yang mencapai 30 tahun, Jepara berhasil meraih kejayaan. Pemerintah Indonesia menyematkan gelar pahlawan nasional kepada Ratu Kalinyamat pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2023. 

Mengutip dari buku Menunggang Badai: Untaian Kehidupan, Tradisi dan Kreasi Aktor Mebel Jepara oleh Herry Purnomo, dkk, Ratu Kalinyamat memiliki perhatian yang besar pada bidang seni kerajinan dan pertukangan di mana pada masa itu berkembang subur yang membawa dampak pada hubungan internasional yang terjalin baik pula.


Kemunduran Kerajaan Kalinyamat

Setelah meninggal pada tahun 1579, Ratu Kalinyamat digantikan oleh anak angkatnya, Pangeran Arya Jepara. Meskipun tidak sekuat bibinya, kekuasannya di laut masih dihormati. Pada 1580, Maulana Yusuf, Raja Banten dan pahlawan yang merebut Pajajaran, meninggal dunia. Ia hanya meninggalkan seorang anak laki-laki yang masih kecil. Menurut para penulis sejarah di Banten, pangeran Jepara yang masih saudara Maulana Yusuf, menuntut haknya atas takhta Kesultanan Banten. Ia bersama panglima armada Demang Laksamana, pergi dari Jepara ke Banten. Tetapi sesampainya disana, Demang Laksamana terbunuh dalam pertempuran melawan Perdana Menteri Banten, sehingga Pangean Jepara terpaksa pulang. Sejak peristiwa tersebut berakhirlah pengaruh pemerintahan Jepara di Jawa Barat.

Di masa pemerintahan Pangeran Arya Jepara, Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya beberapa kali mencoba menaklukkan Kalinyamat, tetapi gagal karena Kota Jepara dilindungi oleh benteng melingkar yang menghadap ke pedalaman dan dijaga ketat oleh pasukannya. Menurut pelaut-pelaut asal Belanda (Eerste Schipvaert I: 103), pada abad keenam belas kebanyakan kota pelabuhan di Jawa dikelilingi tembok batu atau kayu pada sisi yang menghadap ke daerah pedalaman. Baru pada tahun 1599, Mataram berhasil menaklukkan Kalinyamat dengan serbuan yang menghancurkan Kota Jepara, baik secara fisik, politik, maupun ekonomi. Dalam suatu surat berbahasa Belanda pada 1615 (Colenbrander, Coen VII: 45), terdapat kata-kata tentang destructie (penghancuran) Kota Jepara. Serangan Kesultanan Mataram dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan pesisir mengakibatkan kerusakan yang berat, dan kemungkinan termasuk Kerajaan kalinyamat menjadi salah satu bagian dari korban serangan tersebut. Sebuah sumber tradisional menyebut peristiwa ini sebagai bedhahe Kalinyamat, yang artinya "jatuhnya Kalinyamat".


Peninggalan

Beberapa peninggalan Kalinyamat yang masih ada yaitu:

  1. Masjid Hadlirin: Masjid ini terletak disebelah timur komplek pemakaman.
  2. Masjid Mantingan: Masjid ini dibangun sekitar tahun 1540.
  3. Kawasan Siti Inggil Kalinyamat: Kawasan ini berada di Kriyan.
  4. Pertapaan Sonder: Pertapaan ini berada di Tulakan.
  5. Benteng Kalinyamat: Benteng ini berada di Robayan.